Kotoran Ternak Punya Nilai Ekonomis Tinggi

    Kotoran Ternak Punya Nilai Ekonomis Tinggi
    Foto : Journalist.id

    TANAH DATAR - Salah satu keuntungan terbesar yang dihasilkan dari memelihara ternak yaitu dari kotorannya yang jika diolah menjadi pupuk kompos maka akan punya nilai ekonomis yang tinggi. Dan pupuk kompos dari kotoran ternak ini juga sebagai alternatif mengantisipasi kelangkaan pupuk organik bersubsidi yang dikeluhkan petani.

    “Kelangkaan pupuk bersubsidi sudah menjadi keluhan bagi petani sejak lama tidak hanya di Tanah Datar saja, namu sudah hampir menyeluruh di Indonesia, walau pemerintah sudah berupaya menambah kuota, namun itu juga belum mencukupi, kebutuhan petani akan pupuk pun terus meningkat, ”ucap Wakil Bupati Richi Aprian, SH, MH.

    Terkait kuota pupuk bersubsidi di Tanah Datar dikatakan Wabup terus menambah kuota namun seiring dengan itu kebutuhan petani pun terus bertambah pula.

    Hal itu dikatakan Wabup Richi Aprian ketika meninjau langsung pembuatan pupuk kompos di Kelompok Tani Baringin Bersatu dan juga kelompok Unit Pengelolaan Pupuk Organik (UPPO) Hidup Bersama Nagari Pitalah Kecamatan Batipuh, Senin (04/04).

    “Kita sudah melihat langsung pengomposan kotoran ternak ini oleh keltan Baringin Bersatu dan prosesnya cukup cepat dari kotoran yang basah cukup dengan waktu tujuh hari sudah bisa kering dan diolah menjadi kompos dan bisa langsung ditebar ketanaman, sehingga dengan penggunaan pupuk non organik ini biaya juga lebih murah, ”ujarnya.

    Dikatakan Wabup Richi Aprian yang juga selaku Ketua HKTI Tanah Datar itu, penggunaan pupuk kompos ini bisa juga untuk berbagai tanaman seperti tanaman vanili yang pada saat tersebut wabup juga meninjau perkebunan vanili salah seorang petani di Nagari Bungo Tanjuang Kecamatan Batipuh.

    Pada kesempatan itu Wabup juga minta Bumnag dapat mengambil peran bersama pemerintah daerah dalam upaya memasarkan pupuk kompos ini.

    Sebelumnya Wardian dari Keltan Baringin Bersatu mengatakan saat ini sudah ada teknologi yang dapat mempercepat proses pengeringan kotoran sapi sehingga lebih cepat dalam pengolahan menjadi kompos.

    “Sebelumnya saya dalam mengolah kompos ini bisa makan waktu tiga bulan, karena terkendala pengeringan, namun sekarang dengan adanya teknologi ini, cukup tujuh hari kompos ini sudah bisa ditebar ketanaman, “ujarnya.

    Wardian ungkapkan jika dirinya sangat kaget saat dikunjungi Wabup Richi langsung ke UPPO kelompoknya, dan mengaku sangat termotivasi atas kunjungan wabup yang sudah mau terjun langsung menebar pupuk non organik miliknya dihamparan sawah keltan yang tidak jauh dari UPPO tersebut. (JH)

    kotoranternak tanahdatar
    Joni. Hermanto

    Joni. Hermanto

    Artikel Sebelumnya

    Untuk Meningkatkan Kwalitas Layanan, Pemkab...

    Artikel Berikutnya

    310.418 warga Tanah Datar terlindungi JKN-KIS

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Mengenal Lebih Dekat Koperasi
    TMMD Ke-122 Kodim Mappi Resmi Ditutup
    Hendri Kampai: Jika Rp.1000 per Hari Duit Rakyat untuk Kesehatan, Kira-kira Cukup Gak?
    Dandim 1805/Raja Ampat Paparkan Hasil Capaian Pelaksanaan Program TMMD Ke-122 Kepada Kasdam XVIII/Kasuari
    Babinsa Koramil Deket Bantu Distribusikan Air Bersih kepada Warga

    Ikuti Kami